
Aksara atau huruf adalah penulisan dari bahasa lisan. Ya dalam kehidupan sehari hari kita mengenal abjad secara umum. Rata-rata semua bahasa memiliki abjadnya sendiri. Misalnya di Jepang dikenal dengan aksara Hiragana dan Katakana serta Kanji. Belum lagi kalau kamu melihat bahasa Thailand, Arab. Mereka memiliki sistem penulisan sendiri.
Lebih dekat, untuk bahasa Sunda, ternyata juga memiliki aksara atau huruf tersendiri. Aksara Sunda yang baku ini adalah hasil dari Aksara Sunda Kunayang yang disesuaikan. Aksara Sunda Kanayang digunakan untuk penulisan bahasa Sunda Modern. Kilas balik aksara ini berikut kami ringkas.
Telah ada semenjak abad 12, penduduk di Sunda telah mengunakan huruf atau aksara dalam penulisan bahasa lisan mereka. Hanya saja semenjak zaman penjajahan, penduduk pribumi terpaksa harus tidak lagi menggunakan aksara Sunda ini. Akibatnya aksara tersebut hampir punah.
Antara peralihan abad 19 dan abad 20. Banyak peneliti baik dari luar negeri seperti KF Holle dan CM Pleyte atapun dari dalam negeri seperti Atja dan ES Ekadjati kembali melakukan riset akn prasasti, naskah kuno yang ditulis dengan mempergunakan aksara Sunda.
Nah, hal tersebut kembali membangkitkan aksara Sunda sebagai identitas budaya masyarakat Sunda yang harus tetap dijaga. Karena ini adalah kebanggan tersendiri bagi kita masyarakat Sunda Khususnya.
Hal ini didukung kuat oleh Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat. Terbukti, dengan dikeluarkannya Perda nomor 6 tahun 1996. Perda ini mengatur tentang pelestarian, pembinaan serta pengembangan bahasa sastra serta aksara sunda. Untuk lebih update, maka dikeluarkan Perda pengganti Perda Nomor 5 tahun 2003 yang mengatur tentang pemelihataan aksara, bahasa dan sastra daerah. Baca juga hal menarik tentang Bandung di : Semua tentang Bandung.
Lebih dekat, untuk bahasa Sunda, ternyata juga memiliki aksara atau huruf tersendiri. Aksara Sunda yang baku ini adalah hasil dari Aksara Sunda Kunayang yang disesuaikan. Aksara Sunda Kanayang digunakan untuk penulisan bahasa Sunda Modern. Kilas balik aksara ini berikut kami ringkas.
Telah ada semenjak abad 12, penduduk di Sunda telah mengunakan huruf atau aksara dalam penulisan bahasa lisan mereka. Hanya saja semenjak zaman penjajahan, penduduk pribumi terpaksa harus tidak lagi menggunakan aksara Sunda ini. Akibatnya aksara tersebut hampir punah.
Antara peralihan abad 19 dan abad 20. Banyak peneliti baik dari luar negeri seperti KF Holle dan CM Pleyte atapun dari dalam negeri seperti Atja dan ES Ekadjati kembali melakukan riset akn prasasti, naskah kuno yang ditulis dengan mempergunakan aksara Sunda.
Nah, hal tersebut kembali membangkitkan aksara Sunda sebagai identitas budaya masyarakat Sunda yang harus tetap dijaga. Karena ini adalah kebanggan tersendiri bagi kita masyarakat Sunda Khususnya.
Hal ini didukung kuat oleh Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat. Terbukti, dengan dikeluarkannya Perda nomor 6 tahun 1996. Perda ini mengatur tentang pelestarian, pembinaan serta pengembangan bahasa sastra serta aksara sunda. Untuk lebih update, maka dikeluarkan Perda pengganti Perda Nomor 5 tahun 2003 yang mengatur tentang pemelihataan aksara, bahasa dan sastra daerah. Baca juga hal menarik tentang Bandung di : Semua tentang Bandung.
Share Yuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar